Jumat, 13 Mei 2011

indentifikasi jamur

KASUS II
Sampel : Bulu ayam DOC
A.  ANAMNESA
Nama pemilik                               : Anwar Sadat
Jenis hewan                                  : Ayam Arab (Gallus turcicus)
Umur                                            : 5 Hari
Kelamin                                        :  Betina
Alamat Pasien                              : Tungkop
Status Gizi                                   : Sangat buruk
Gejala klinis                                 : Bulu kusam.mata berair,diare, kurus.
Tanggal pengambilan sampel       : 11 Maret 2011


B.        DIAGNOSA LABORATORIUM

a.      Teknik pengambilan sampel
     Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengambil bulu ayam DOC lalu dimasukkan kedalam tabung yang berisi Pepton. Pepton dimasukkan ke dalam termos yang berisi es. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala.



b.      Teknik pembiakan jamur
Untuk media pertumbuhannya dipakai SDA dengan Gentamycin sebagai penghambat pertumbuhan bakteri dengan demikian diharapkan hanya jamur yang tumbuh pada media tersebut. Sampel yang di koleksi dari pepton diulaskan secara merata pada permukaan SDA dengan menggunakan swab steril. Kemudian dibungkus dengan plastic guna menghindari kntaminasi dari mikroorganisme lainnya. Diamati pertumbuhannya selama tujuh hari.

c.       Teknik pembuatan slide culture
Disiapkan sebuh Petridis, dipotong sebanyak dua buah pipet yang sama panjangnya. Setelah itu letakkan objek glass diatas kedua potongan pipet dan kemudian diletakkan potong agar sebesar 1 cm dan ditutup dengan cover glass diatas potongan agar tersebut. Diambil koloni jamur melalui ose lalu digoreskan pada sisi potongan agar. Diletakkan dalam Petridis kapas yang telah dibasahi dengan air. Dieramkan pada suhu kamar selama 48 jam.

d.      Pemeriksaan Biakan
1.      Diamati koloni fungi dengan melihat penampilan, warna koloni, tampak atas, tampak bawah.
2.      Diamati  culture slide dibawah mikroskop Pada Sabouraud’s Dextrose Agar yang ditempatkan pada suhu kamar.


C. HASIL PENGAMATAN
a.          Penanaman pada Sabaroud Dextrose Agar (SDA)
Hasil pengamatan:
Pada media biakan SDA koloni baru terbentuk pada hari ke-5. Setelah penanaman terlihat koloni berwarna krem keputihan dan permukaannya mengkilap seperti ragi, menghasilkan bau yang menyengat, dan pinggirannya rata.

Pembahasan:
      SDA adalah media sintetik yang diciptakan oleh Raymond Saboroud. SDA mengandung dektrosa, pepton dan bahan agar (dengan kadar gula relatif tinggi dan pH rendah). Media ini terbukti sangat baik untuk pembiakan jamur secara umum (Anonimus,2004).

b.      Penanaman pada Slide Culture
Hasil pengamatan:
Pengamatan Slide Culture terihat jamur yang tumbuh berwarna putih melekat pada sisi slide. Pada pmeriksaan mikroskopis tampak sel ragi (blastofora) dengan bentuk oval bertunas yang tumbuh dengan pengumpulan yang rapat, sangat banyak serta berwarna putih transparan. Dibawah mikroskop terlihat jamur dengan gambar seperti dibawah ini :




Gambar 11. Morfologi Candida sp. (40x100) + Digital Zoom
                                    Pada bulu ayam DOC

Keterangan :
1.      Pseudohifa
2.      Blastospora
Pembahasan:
            Berdasarkan pengamatan morfologi jamur di bawah mikroskop, terlihat jamur berbentuk oval, bulat dan silindris, mempunyai pseudohifa dan blastospora. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat didiagnosa bahwa jamur yang diperiksa adalah Candida sp. Jamur yang diamati masih belum tumbuh sempurna, sehingga kunci identifikasi yang digunakan adalah bentuk khas blastosfora yang teramati.

c.       Pewarnaan Gram
Hasil pengamatan:
            Hasil pewarnaan Gram menunjukkan sel ragi (blastosfora) yang berbentuk oval dengan dominasi warna ungu.











Gambar      Hasil pengamatan pewarnaan Gram
Pembahasan:
            Pewarnaan gentian Violet yang berasal dari modifikasi pewarnaan Gram oleh Hucker. Semua jamur adalah Gram positif dikarenakan memiliki dinding sel terbuat dari kitin yang menghambat pencucian zat warna Gentian Violet oleh alkohol. Pewarnaan ini ditujukan untuk mengamati bentuk jamur agar terlihat lebih jelas (larone, 1975). 

D.       DIAGNOSA
            Dari hasil pengamatan terhadap uji yang dilakukan, diperolah hasil bahwa jamur ini memiliki morfologi jamur berbentuk oval, bulat dan silindris, mempunyai pseudohifa dan blastospora. koloni berwarna krem keputihan dan permukaannya mengkilap seperti ragi, menghasilkan bau yang menyengat, dan pinggirannya rata. Sehingga dapat diidentifikasikan bahwa jamur tersebut adalah Candida sp.

E.     DIFFERENSIAL DIAGNOSA
Cryptococcus sp, Saccharomyces dan Mucor sp.

F.     KESIMPULAN
               Dari hasil pengamatan di bawah mikroskop, secara morfologi jamur tersebut berbentuk uniseluler, memiliki pseudohifa dan blastospora, dan dapat disimpulkan bahwa jamur yang diperiksa merupakan golongan Candida sp.
PEMBAHASAN KASUS

Penyebab
            Kandidiasis merupakan suatu penyakit infeksi pada saluran pencernaan, terutama tembolok dan kadang-kadang pada rongga mulut, esophagus dan proventrikulus. Kandidiasis yang disebabkan oleh Candida sp, merupakan yeast (ragi) dan tergolong famili fungi (jamur). Jamur ini dapat tumbuh pada media Sabouraud’s Dextrose Agar (SDA) dan menghasilkan koloni yang berbentuk konveks, berwarna kekuning-kuningan atau putih mengkilat dan mempunyai bau yang mirip dengan soda kue. Pada slide culture dapat ditemukan adanya hifa dan kadang-kadang klamidiaspora yang merupakan sel berbentuk bulat, membengkok dan mempunyai membran yang tebal. genus Candida terdiri dari 80 spesies, yang paling pathogen adalah C.albicans, diikuti berturut-turut dengan C.stellatoidea, C.tropical, C.parapsilosis (Brown dan Burns, 2005).
               Jamur Candida adalah sel tunggal yang berbentuk bulat sampai oval, dan memperbanyak diri dengan cara membentuk tunas (budding cell) yang disebut blastospora. Blastospora akan memanjang dan saling berhubung membentuk hifa semu atau pseudohifa. Candida albicans dianggap jenis paling pathogen dan paling banyak menimbulkan penyakit (Haryono Winarto, 2004).
Penyakit ini dapat ditemukan pada berbagai jenis unggas pada semua umur, terutama ayam, kalkun, burung merpati, burung merak, burung puyuh, dan angsa. Candida selalu ditemukan dalam saluran pencernaan gastrointestinal manusia dan hewan,. Penularan dapat terjadi dari individu ke individu dalam beberapa hal tertentu, termasuk pada manusia, misalnya kontak melalui hubungan kelamin atau penularan anak yang baru lahir dari vagina induknya. Penularan dari hewan ke manusia dapat terjadi melalui kontaminasi tinja, pada daging di rumah potong hewan. Demikian pula kontaminasi tinja pada pakan dipastikan merupakan cara penyebaran kandidiasis pada hewan yang sekandang (Pramono, 1988).

Epidemiologi
            Penyakit ini dapat menular melalui oral karena mengkonsumsi pakan atau air minum atau kontak langsung dengan lingkungan yang tercemar oleh jamur tersebut. Penyakit ini dapat menular dengan mudah melalui tempat minum yang kotor dan tercemar oleh Candida sp (Tabbu, 2000).

Gejala Klinis
            Gejala utama candidiasis pada usus akut ialah diare, tinja lembek hingg cair, biasanya tanpa lendir dan berdarah. Pada banyak keadaan, timbulnya penyakit ini dikaitkan dengan adanya predisposisi pada penderita yang mempermudah timbulnya penyakit tersebut (Suprihatin, 1983).
            Browns dan Bruns (2005) menyebutkan salah satu infeksi pada lipatan kulit biasanya menyebabkan ruam kemerahan yang seringkali disertai adanya bercak-bercak yang mengeluarkan sejumlah kecil cairan berwarna keputihan yang menimbulkan gatal-gatal dan rasa panas, seperti pada anus tampak kasar, berwarna merah atau putih dan terasa gatal.

Patogenisis
            Kandidiasis biasanya menyerang saluran pencernaan bagian atas dan sering berperan sebagai penyakit sekunder. Secara normal jamur ini ada pada saluran pencernaan, dan bila kondisi badan turun, maka C. albicans akan tumbuh pada selaput lendir dan menimbulkan lesi yang ditandai dengan penebalan berwarna keputihan pada mukosa dan kadang-kadang pada rongga mulut, esofagus, dan ventrikulus. Penyebab kandidiasis umumnya adalah tingkat higienis dan sanitasi yang tidak memadai, penggunaan antibiotik yang berlebihan, penurunan kondisi tubuh akibat strers. Dan defisiensi nutrisi imunitas terhadap Candida ditentukan oleh keberhasilan sel limfosit T dan makrofag dalam menghancurkan sel Candida.
            Infeksi  Candidiasis dapat terjadi atau menginfeksi hospes bila ada faktor predisposisi misalnya faktor endogen terdiri dari umur , imunologik, dan perubahan fisiologik dan faktor eksogen terdiri dari iklim, panas, kelembaban. Beberapa faktor yang berpengaruh pada patogenitas dan proses infeksi adalah adhesi, perubahan dari bentuk khamir ke bentuk filamen dan produksi enzim ektraselular (Naglik et al., 2004).
            Tahap pertama dalam proses infeksi ke tubuh hewan atau manusia adalah perlekatan (adhesi). Kemampuan melekat pada sel inang merupakan tahap penting dalam kolonisasi dan penyerangan (invasi) ke sel inang. Bagian pertama dari Candida sp yang berinteraksi dengan sel inang adalah dinding sel. Mekanisme perlekatan sendiri sangat dipengaruhi oleh keadaan sel tempat dinding sel Candida sp melekat (misalnya sel epitelium), mekanisme invasi ke dalam mukosa dan sel epitelium serta reaksi adhesi tertentu yang mempengaruhi kolonisasi dan patogenitas Candida sp (Kennedy, 1990)

Bahaya yang Ditimbulkan/ Kerugian Secara Ekonomis
            Pramono (1988) mengatakan bahwa hewan-hewan yang sakit akan terinfeksi secara fatal dalam waktu 24 jam apabila didekatkan dengan kelompok yang sakit. Sedangkan Hastiono (2003) mengatakan bahwa pada unggas yang kondisi sanitasi kandangnya buruk, penyakit ini secara ekonomis penting dan berada pada tingkat kedua setelah aspergillosis. Organ yang terinfeksi ialah saluran pencernaan bagian atas terutama adalah tembolok yang menyebabkan kematian sehingga merugikan dari segi ekonomi.

Pencegahan
            Infeksi Candida sp erat hubungannya dengan berbagai aspek manajemen yang tidak optimal, misalnya kondisi higienis atau sanitasi yang tidak memadai, penggunaan antibiotika yang berlebihan, dan tingkat kepadatan kandang yang tinggi maka pengendalian candidiasis terutama ditujukan untuk menghilangkan berbagai faktor pendukung trsebut.
            Ayam yang terinfeksi hendaklah dipisahkan dari ayam lain yang sehat. Kandang dan lingkungannya dapat didesinfeksi dengan larutan 2% formaldehida atau larutan 1% NaOH selama 1 jam.


Terapi
            Penyakit ini dapat diobati dengan pemberian nistatin melalui pakan dengan dosis 142 mg/ kg pakan selama 4 minggu, dapat juga dilakukan dengan pemberian CuSO4 melalui air minum dengan dosis 1:2000 selama penyakit tersebut berlangsung.