Jumat, 13 Mei 2011

Identifikasi bakteri

KASUS I

Sampel : Swab Tenggorokan Kucing
A.    ANAMNESA
Nama pemilik            : Sapto
Jenis hewan            : Kucing
Umur                : 2 tahun
Kelamin                :  Jantan
Alamat Pasien            : Darussalam
Status Gizi            : Buruk
Gejala klinis            : Bulu Kusam.
Tanggal pengambilan sampel    : 11 Maret 2011


B.    DIAGNOSA  LABORATORIUM
Cara Pengambilan Sampel
     Pengambilan sampel dilakukan dengan cara melakukan swab pada tenggorokan kucing lalu dimasukkan kedalam tabung yang berisi Nutrient Broth (NB), tempat pegangan swab dipatahkan untuk menghindari kontaminasi dan dihomogenkan. Nutrient Broth (NB) dimasukkan ke dalam termos yang berisi es. Selanjutnya sampel dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala. Setelah sampai di Laboratorium Mikrobiologi, sampel tersebut di lakukan pewarnaan sederhana untuk memastikan ada atau tidaknya bakteri. Kemudian sampel diinkubasikan ke dalam inkubator pada suhu 370 C selama 18-24 jam.

C.    METODE / UJI/ TEST YANG DILAKUKAN
1)    Pewarnaan Sederhana
    Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada tidaknya bakteri, menurut Lay (1994), prosedur pewarnaan sederhana mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan juga untuk melihat bentuk, ukuran dan pemetaan mikroorganisme. Pada uji ini hanya digunakan 1 macam zat warna untuk meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazimnya, prosedur pewarnaan ini menggunakan zat warna seperti Crystal Violet, Methylen Blue, Safranin (Fuchsin) dan Malachit Green.

Cara Kerja:
1.    Buatlah suspensi kuman dengan menggunakan NaCl fisiologis steril pada object glass dan keringkan diudara.
2.    Fiksasikanlah dengan cara melewatkan object glass tersebut diatas lampu spiritus.
3.    Tuangkan bahan warna safranin pada objek glass dan biarkan 1-2 menit.
4.    Buang sisa zat warna dari objek glass.
5.    Cuci dengan air biasa/ air kran
6.    Kemudian keringkan objek glass tersebut dengan kertas pengering
7.    Tetesi sediaan itu dengan minyak emersi lalu lihatlah dibawah mikroskop, pembesaran 100 x 10.
2)    Penanaman Bakteri Pada Media NA (Nutrient Agar)
Media ini berfungsi untuk mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan bakteri dan untuk melihat morfologi koloni.
Cara Kerja:
a.    Ose dipanaskan di api bunsen lalu didinginkan sejenak.
b.    Dengan menggunakan ose diambil suspensi kuman dari biakan NB, kemudian digoreskan pada media NA dengan menggunakan metode gores (dilakukan didekat nyala api bunsen).
c.    Diinkubasikan pada suhu 370 C dalam inkubator selama 18-24 jam.
d.    Diamati morfologi koloni yang terbentuk.

3)    Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram merupakan pewarnaan differensial yang sangat berguna dan merupakan tahap penting dalam perincian dan identifikasi. Pewarnaan ini memisahkan bakteri menjadi kelompok Gram positif dan Gram negatif. Bakteri Gram positif berwarna ungu dan bakteri Gram negatif berwarna merah.
Cara Kerja:
a.    Bersihkan object glass dengan sepotong kapas yang dibasahi dengan Alkohol 70%.
b.    Diambil setetes NaCl fisiologis, teteskan diatas object glass diambil sebahagian koloni bakteri yang terpisah dari media NA dengan menggunakan mata ose yang steril, letakkan di atas object glass yang terlebih dahulu ditetesi NaCl fisiologis. Aduk dan fiksasi diatas api bunsen.
c.    Tambahkan Gentian Violet pada object glass dan biarkan selam 3-5 menit bilas dengan air mengalir.
d.    Tuangkan larutan Lugol pada object glass dan biarkan selama 1 menit lalu cuci dengan air mengalir.
e.    Lunturkan dengan Alkohol 96% selama 10 detik sampai zat warna hilang. Bilas kembali dengan air mengalir.
f.    Teteskan Safranin pada object glass dan biarkan selama 30-60 detik. Buang sisa Safranin dan bilas dengan air mengalir.
g.    Keringkan dan tetesi sediaan itu dengan minyak emersi lalu amati di bawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10.

4)    Penanaman Pada NA Miring
    Cara Kerja:
a.    Dengan menggunakan ose steril, ambil 1 koloni terpisah (koloni yang sama) dari nutrient agar.
b.    Bekerja asepsis di dekat lampu spiritus
c.    Tanamkan pada media nutrient agar miring membentuk zig zag.
d.    Inkubasikan pada inkubator dengan suhu 37ºC selama 24 jam.


5)    Uji Katalase
Cara Kerja :
a.    Pada object glass steril diteteskan H2O2
b.    Ambil bakteri dari biakan NA miring dengan menggunakan ose steril lalu dihomogenkan ke cairan H2O2 pada object glass.
c.    Amati pembentukan gelembung gas pada cairan H2O2.

6)    Uji Biokimia
Gula-gula (Glukosa dan Mannitol)
Cara Kerja :
a)    Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari NA miring, kemudian ditanam pada media Glukosa dan Manitol dengan cara mengaduk dengan ose secara perlahan-lahan dipermukaan tabung. Lalu dihomogenkan.
b)    Diinkubasikan pada suhu 370 C selama 24 jam.

7)    Uji Sensitifitas Terhadap Antibiotik
a)    Sediakan Mueller Hinton Agar (MHA).
b)    Swab yang steril dicelupkan ke dalam biakan bakteri pada Nutrient Broth, kemudian diswab ke seluruh permukaan media MHA dengan merata dibiarkan selama ± 5 menit.
c)    Selanjutnya diletakkan 4 jenis cakram disk antibiotik (Vancomisin, Tetrasiklin, Penisillin dan Gentamisin).
d)    Kemudian diinkubasikan pada suhu 370 C selama 24 jam.

7)     Blood Agar
a)    Sediakan blood agar
b)    Dengan menggunakan ose steril, diambil biakan dari, kemudian ditanam pada media blood agar dengan menggunakan metode gores (dilakukan didekat nyala api bunsen).
c)    Diinkubasikan pada suhu 370 C dalam inkubator selama 18-24 jam.
d)    Diamati morfologi koloni yang terbentuk.

D.    HASIL PENGAMATAN
1.    Pewarnaan Sederhana (Simple staining)
Hasil pengamatan:
Pada pewarnaan sederhana, setelah diamati di bawah mikroskop terlihat adanya bakteri dengan bentuk coccus dan ada beberapa bakteri lain yang berbentuk basil hal ini membuktikan bahwa sampel yang diuji terdapat bakteri. Kemudian dilanjutkan dengan pemurnian koloni.


Pembahasan:
    Pewarnaan sederhana dilakukan untuk melihat ada atau tidaknya bakteri dalam sampel. Pada pewarnaan sederhana digunakan satu macam zat warna yang bersifat basa yaitu gentian violet. Pewarnaan ini terjadi karena kation zat warna berkaitan dengan anion protoplasma bakteri (Lay, 1994)

Hasil pengamatan:
Hasil pengamatan terhadap media NA yang telah ditanam dari biakan media NB didapatkan beberapa koloni terpisah dan hasil pengamatan pertumbuhan koloni, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pada Media NA
Bentuk
Diameter (mm)
Tepi koloni
Permukaan
Konsistensi
Warna
Medium
Bulat
3 mm
Rata
Cembung
Buram
Putih kekuningan
Tidak berubah

Pembahasan:
Nutrient Agar (NA) merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni. Media ini berbentuk padat yang digunakan untuk pembiakan bakteri sehingga ditemukan koloni bakteri yang berjenis sama sehingga dapat diketahui bentuk, ukuran, konsistensi, warna koloni bakteri, serta perubahan medium sebelum dilakukannya uji lanjutan.

1.        Pewarnaan Gram
Gambar  3. Hasil pewarnaan Gram, berbentuk coccus dan beruntai seperti anggur  yang dilihat  pada mikroskop dengan pembesaran 1000x.











Hasil pengamatan:
 Hasil dari pewarnaan Gram diketahui bahwa bakteri bersifat Gram positif dan berbentuk coccus. Tujuan dari pewarnaan Gram ini adalah untuk mengetahui apakah bakteri bersifat Gram positif atau Gram negatif (Anonimus, 2004).


Pembahasan:
Golongan bakteri Gram positif akan terlihat berwarna ungu violet setelah di lakukan pewarnaan Gram, hal ini disebabkan oleh struktur dinding bakteri golongan Gram positif memiliki lapisan peptidoglikan yang tebal yang terdiri dari 30 lapisan dan pori-pori yang lebih sedikit di bandingkan golongan bakteri Gram negatif. sehingga menghambat pelepasan zat warna gentian violet saat di dehidrasi oleh alkohol 96%, struktur dinding sel bakteri Gram positif yang memiliki pori-pori yang lebih sedikit memungkinkan tidak terserapnya larutan safranin saat di teteskan, hal ini dikarenakan permeabilitas yang rendah dari pori-pori dinding sel bakteri golongan Gram positif di bandingkan bakteri golongan Gram negatif (Aguskrisno, 2002)



                                      




Gambar  4. Komposisi dinding sel bakteri gram positif dan gram negatif




Penggolongan atas bakteri Gram positif dan Gram negatif dilakukan setelah dihidrasi dengan alkohol. Bakteri bersifat Gram negatif saat dihidrasi dengan alkohol, lipid akan terektraksi dari dinding sel, pori-porinya mengembang. Zat warna yang mula-mula diberikan keluar dari sel sehingga sel menjadi tidak berwarna komposisi dinding sel bakteri Gram positif berbeda dengan dinding sel Gram negatif. Dinding sel yang lebih tebal pada bakteri Gram positif menyusut oleh perlakuan hidrasi alkohol 96%  karena terjadinya dehidrasi, menyebabkan pori - pori dinding sel menutup sehingga mencegah keluarnya larutnya gentian violet (Aguskrisno. 2002).
Sel bakteri Gram positif mengikat zat warna gentianviolet dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh alkohol dan tidak dapat di warnai lagi oleh larutan safranin. Sedangkan dinding sel Gram negatif mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi, lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Larutan lipid oleh pencucian dengan alkohol yang di gunakan dalam pewarnaan Gram diduga memperbesar pori- pori dinding sel bakteri Gram negatif, sehingga proses pemucatan pada sel-sel Gram negatif berlangsung lebih cepat. Bakteri Gram negatif daya pengikatan warna Gentian Violet tidak kuat sehingga dapat di lunturkan dan dapat di warnai kembali oleh larutan Safranin (Gusti, 2010).



Gambar  5. Skematis terbentuknya warna pada pewarnaan gram



2.  Penanaman pada NA Miring
Hasil pengamatan:
Pada penanaman NA Miring terlihat koloni berwarna putih. Media ini berfungsi untuk mendapatkan koloni yang terpisah dari biakan koloni (koloni murni), sebelum dilanjutkan pada uji berikutnya dan juga berfungsi untuk stock bakteri.







Gambar 6. Koloni Bakteri pada Media NA Miring
Tabel 2. Hasil pengamatan pertumbuhan koloni bakteri pada Media NA miring
Jumlah pertumbuhan
Pigmentasi
Sifat tembus cahaya
Bentuk pertumbuhan
Subur
Putih susu
Translusen (sebagian cahaya dapat tembus)
menyebar

Pembahasan:
Pada penanaman NA Miring terlihat koloni berwarna putih susu. Media ini berfungsi untuk membiakkan koloni yang terpisah dari biakan koloni pada cawan gores (koloni murni), sebelum dilanjutkan pada uji berikutnya dan juga berfungsi untuk stock bakteri.

5)   Uji Katalase
Hasil pengamatan:
Pada uji katalase ditemukan terbentuknya gelembung-gelembung gas hasil suspensi bakteri dan H2O2. Terbentuknya gelembung-gelembung gas tersebut menandakan katalase positif.
Gambar  7. Hasil uji katalase terdapat reaksi pelepasan O2 pada biakan bakteri









Pembahasan:
Uji katalase digunakan untuk mengetahui aktivitas katalase pada bakteri yang diuji. Kebanyakan bakteri memproduksi enzim katalase yang dapat memecah H2O2 menjadi H2O dan O2. Enzim katalase diduga penting untuk pertumbuhan aerobik karena H2O2 yang dibentuk dengan pertolongan berbagai enzim pernafasan bersifat racun terhadap sel mikroba. Beberapa bakteri yang termasuk katalase negatif adalah Streptococcus, Leuconostoc, Lactobacillus, dan Clostridium (Anonimus, 2008).
Bakteri katalase positif seperti S. Aureus bisa menghasilkan gelembung-gelembung oksigen karena adanya pemecahan H2O2 (hidrogen peroksida) oleh enzim katalase yang dihasilkan oleh bakteri itu sendiri. Komponen H2O2 ini merupakan salah satu hasil respirasi aerobik bakteri, misalnya S. aureus, dimana hasil respirasi tersebut justru dapat menghambat pertumbuhan bakteri karena bersifat toksik bagi bakteri itu sendiri. Oleh karena itu, komponen ini harus dipecah agar tidak bersifat toksik lagi. Bakteri katalase negatif tidak menghasilkan gelembung-gelembung. Hal ini berarti H2O2 yang diberikan tidak dipecah oleh bakteri katalase negatif, misalnya, L.casei sehingga tidak menghasilkan oksigen. Bakteri katalase negatif tidak memiliki enzim katalase yang menguraikan H2O2 (Fardiaz, 1992).
Waluyo (2004) mengatakan mekanisme enzim katalase memecah H2O2 yaitu saat melakukan respirasi, bakteri menghasilkan berbagai macam komponen salah satunya H2O2. Bakteri yang memiliki kemampuan memecah H2O2 dengan enzim katalase maka segera membentuk suatu sistem pertahanan dari toksik H2O2 yang dihasilkannya sendiri. Bakteri katalase positif akan memecah H2O2 menjadi H2O dan O2 dimana parameter yang menunjukkan adanya aktivitas katalase tersebut adalah adanya gelembung-gelembung oksigen seperti pada percobaan yang telah dilakukan. Dengan enzim katalase, H2O2 diurai dengan reaksi sebagai berikut:
2H2O2 2H2O + O2

3.        Uji Biokimia
Hasil pengamatan:
Tabel 3. Hasil uji biokimia dan gula-gula (glukosa dan manitol)
Uji-uji yang dilakukan
Perubahan warna
Ada/tidak gas
Sukrosa
( - )
( - )
Manitol
( - )
( - )


Gambar  8. Hasil uji biokimia dengan menggunakan glukosa dan manitol.
Pembahasan:
Uji manitol menunjukkkan hasil negatif dengan tidak adanya perubahan warna media serta tidak adanya pembentukan gas pada tabung Durham. Begitu juga dengan uji glukosa menunjukkan hasil negatif. Hal ini berarti tidak adanya fermentasi karbohidrat yang akan membentuk asam dan gas. Pembentukan asam  terlihat sebagai perubahan warna karbohidrat menjadi kuning dan pembentukan gas terlihat didalam tabung Durham (Anonimus, 2008).

4.        Uji Sensitifitas terhadap Antibiotik
Hasil pengamatan:
Tabel 4. Uji sensitifitas pada media MHA
Antibiotik
Zona Hambatan
(mm)
Keterangan
Tetracycline
Penisilin
Vancomycin
Gentamycin
10
3
5
13
Resisten
Resisten
Resisten
Intermediate
.







Gambar 8. Luas zona hambat bakteri Staphylococcus epidemidis setelah pemberian kertas cakram antibiotik

Pembahasan:
MHA (Mueller Hinton Agar) merupakan media diferensial yang digunakan untuk uji sensitifitas terhadap beberapa antibiotik yang dilakukan dengan cara mengambil biakan bakteri dari NB dengan menggunakan swab steril. Lalu di usapkan pada seluruh permukaan media MHA. Kemudian ditempatkan beberapa disk antibiotik di atas agar plate dengan jarak tertentu dan diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 370 C.
Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme lainnya. Antibiotik memiliki spektrum aktivitas antibiotik yang beragam. Mekanisme kerja antibiotik antara lain: menghambat sintesis dinding sel, merusak permeabilitas membran sel, menghambat sintesis RNA (proses transkripsi), menghambat sintesis protein (proses translasi), menghambat replikasi DNA.
Prosedur difusi kertas cakram agar yang distandarisasikan (metode Kirby-Bauer) merupakan cara untuk menentukan sensitivitas antibiotik untuk bakteri. Sensitivitas suatu bakteri terhadap antibiotik ditentukan oleh diameter zona hambat yang terbentuk.
Semakin besar diameternya maka semakin terhambat pertumbuhannya, sehingga diperlukan standar acuan untuk menentukan apakah bakteri itu resisten atau peka (susceptible) terhadap suatu antibiotik. Hasil pengukuran antibiotik pada Tabel diatas menunjukkan bahwa Tetracyclin, Penisiline dan Vancomycin, bersifat resisten. Sehingga tidak dapat digunakan untuk  menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan Gentamiycine bersifat intermediet, dan dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.



1)      Blood Agar
Hasil pengamatan:
Hasil pengamatan menunjukkan tidak terjadi aktifitas hemolisis pada media Blood Agar dan tidak terjadi perubahan warna pada medium, hal ini membuktikan bakteri yang di indentifikasi tidak memiliki daya hemolisa. Sehingga hasilnya Gamma Hemolisis.
G

Gambar 9. Hasil penanaman pada media blood agar

Pembahasan:
Anonimus (2010) agar darah merupakan media diferensial, bukan media selektif. Darah agar memungkinkan membedakan bakteri berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah. Tiga jenis hemolisis adalah:
1. Beta hemolisis, yang merupakan lisis lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Darah secara lengkap digunakan oleh mikroba. Media yang ada koloninya menjadi tidak berwarna.
2. Alfa hemolisis mengacu pada lisis parsial/ lisis sebagian dari sel darah merah dan hemoglobin. Hal ini menghasilkan perubahan warna di sekitar koloni menjadi abu-abu kehijauan.
3. Gamma hemolisis, yaitu tidak terjadi hemolisis, dimana tidak ada perubahan warna dalam medium.

A.      DIAGNOSA
Dari hasil pengamatan terhadap uji yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa bakteri ini termasuk dalam golongan Gram positif, berbentuk bulat (kokus), tidak mampu memfermentasikan glukosa dan mannitol, sehingga dapat diidentifikasikan bahwa bakteri tersebut adalah Staphylococcus epidermidis.

B.       DIFERENSIAL DIAGNOSA
            Staphylococcus aureus, E.coli,

C.      KESIMPULAN
Setelah dilakukan isolasi dan identifikasi bakteri terhadap swab  tenggorakan kucing, maka dapat disimpulkan bahwa bakteri ini termasuk kepada genus Staphylococcus, spesies Staphylococcus epidermidis. Hal ini ditandai dengan sifat koloni bakteri pada media NA, katalase positif, tidak adanya gas asam pada fermentasi glukosa dan manitol,  serta bersifat intermediet terhadap Gentamycin, sedangkan Tetrasiklin, Vancomycin dan Penicilin resisten.

D.      PEMBAHASAN KASUS

Kingdom         : Bacteria
Fylum              : Firmicutes
Class                : Bacilli
Ordo                : Bacillales
Family             : Staphylococcaceae
Genus              : Staphylococcus
Spesies            : S. epidermidis

       Gambar 10. S. epidermidis (Anonimus, 2011).

Morfologi dan Indentifikasi
            Staphylococcus adalah bakteri yang berbentuk coccus dengan diameter     1 µm yang tersusun tidak teratur. Staphylococcus tumbuh dengan baik pada temperatur 37OC. Staphylococcus menghasilkan katalase, yang membedakan dengan Streptococcus. Staphylococcus memfermentasi karbohidrat, menghasilkan asam laktat dan tidak menghasilkan gas (Brooks dkk, 2005).
Menurut Anonimous (2007a) Staphylococcus adalah Gram positif cocci sering terdapat di kulit manusia dan hewan. Sedangkan menurut Todar (2005) Staphylococcus adalah bakteri Gram positif yang berbentuk bola yang jika dilihat dibawah mikroskopis seperti buah anggur. Jenis Staphylococcus epidermidis. Meski lebih dari 20 jenis Staphylococcus, Staphylococcus epidermidis bersifat penting di dalam  interaksi-interaksi mereka dengan manusia.
            Staphylococcus epidermidis adalah bakteri berbentuk coccus bergerombol, tidak berspora, Gram positif. Bakteri ini dapat mengahasilkan asam dari fermentasi glukosa. Pertumbuhan pada media NB terjadi kekeruhan menyeluruh sesudah dieramkan (inkubasi) selama 24 jam.
Kuman staphylococcus epidermidis sebenarnya bukan kuman yang sangat berbahaya. Kuman ini sejatinya flora normal yang ada pada manusia dan tidak menyebabkan penyakit. Kuman ini dapat ditemukan pada tubuh orang sehat, antara lain di permukaan kulit, di saluran pencernaan, dan di saluran pernapasan bagian atas. Meski tak berbahaya, pada kondisi tertentu, kuman ini menimbulkan masalah. Seperti pada orang yang sedang mengalami kondisi badan menurun. Sehingga, kuman yang tidak berbahaya itu dapat menyebabkan penyakit. Pada orang yang di dalam tubuhnya terdapat "benda-benda" asing juga berisiko mengalami infeksi kuman staphylococcus epidermidis (Anonimous, 2007b).
Sinaga, E (2004) menyebutkan bahwa salah satu akibat dari infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus epidermidis adalah endokarditis atau infeksi pada katup jantung yang cukup berbahaya. Tanda-tanda infeksi Staphylococcus epidermidis tidak spesifik, tetapi umumnya infeksi ditandai dengan demam yang tinggi.

Kerugian Ekonomi
Secara ekonomi Staphylococcus epidermidis dapat menyebabkan kurang nafsu makan, dehidrasi, penurunan berat badan, sehingga menurunkan mutu atau kualitas ternak itu sendiri.

Pengobatan dan Terapi
            Anonimus (2005) bakteriostatik adalah bahan antimikrobial yang memiliki kemampuan untuk menghambat perkembangan bakteri, jika bahan antimikrobial dihilangkan, perkembangbiakan bakteri berjalan kembali seperti semula. Sedangkan bakterisidal mempunyai kemampuan untuk membunuh bakteri, daya bakterisidal berbeda dengan bakteriostatik karena prosesnya hanya berjalan searah, yaitu bakteri yang telah mati ini tidak dapat berkembang biak kembali meskipun bahan bakterisidal dihilangkan.




Tabel 3: Uji sensitifitas pada media MHA
Antibiotik
Zona Hambatan (mm)
Keterangan
Tetracycline
Penisilin
Vancomycin
Gentamycin
10
3
5
13
Resisten
Resisten
Resisten
Intermediate

Pengobatan terbaik dilakukan dengan antibiotik yang sebelumnya dilakukan dengan pemeriksaan dengan uji sensitifitas. Dari hasil uji sensitifitas ini yang telah di lakukan dengan menggunakan media MHA, antibiotik Gentamycin yang dapat dipakai untuk pengobatan terhadap penyakit ini.Sedangkan Tetracyline, Penisilin dan Vacomycine resisten terhadap bakteri ini.
Vankomycin dan tetrasiklin memiliki daya kerja antibakterial menghambat sintesis protein. Bakteri memiliki ribosom  dengan 70s sedangkan manusia memiliki 80s, unit ribosom pada bakteri adalah 50s dan 30s. tetracycline mengikat pada 30s sehingga tRNA tidak dapat diikat oleh ribosom. Tetracyclin juga memiliki sifat bakteriostatik.
Sedangkan Gentamycin  merupakan kelompok antibiotik golongan aminoglikosida yang bekerja dengan menghambat sintesis protein dengan merusak polisom. Kelompok ini akan terikat pada 30s, sehingga akan mengganggu pembacaan sandi dari mRNA. Sebagai akibat terjadinya kesalahan pada pengaturan asam amino dan terbentuklah protein yang tidak berfungsi yang disebabkan penghambatan pembentukan rantai peptida.
Penicilin kebanyakan berasal dari  Streptomyces, actinomyces dan fungi. Perbedaan struktur sel antara bakteri dan eukariot menguntungkan bagi penggunaan bahan antibacterial.  Pada konsentrasi rendah, penicillin menghambat pembentukan ikatan glikosida, sehingga pembentukan dinding sel baru akan terganggu. Sebagai akibat akan terlihat bentuk sel terhenti. Peptidoglikan yang merupakan sasaran utama penicilin tidak ditemukan pada eukariot, sehingga efek toksiknya tidak ada pada inang. Perbedaan kepekaan antara bakteri Gram positif dan Gram negatif tergantung pada kandungan peptidoglikan kedua jenis bakteri ini.
Sebab terjadinya resistensi terhadap bahan antimikrobial  dapat dibagi menjadi tiga bahagian yaitu karena perubahan genetik, perubahan non genetik dan persilanan keduanya.

Perubahan non genetik
Hampir semua obat antibiotika bekerja baik pada masa aktif pembelahan kuman. Sehingga populasi kuman yang tidak berada dalam fase pembelahan aktif  pada umumnya resisten terhadap obat.

Perubahan secara genetik
Terjadinya resistensi kuman terhadap antibiotic umumnya terjadi karena perubahan non genetik. Perubahan genetik biasanya terjadi secara kromosomal maupun ekstra kromosom, dan perubahan genetic tersebut dapat ditransfer/dipindahkan dari suatu spesies kuman ke spesies kuman yang lain melalui berbagai mekanisme.


a.       Resistensi kromosomal
Resistensi kromosomal dapat disebabkan mutasi, oleh karena adanya “selection pressure”

b.      Resistensi non-kromosomal
Resis tensi ini disebabkan oleh plasmid. Staphylococcus yang memiliki plasmid yang membentuk beta-laktamase dapat dipindahkan oleh staphylococcus yang lain melalui bakteriofag.
Pada Gram negatif, plasmid dapat membawa resistensi terhadap beberapa antibiotik. Plasmid-RTF (Resistensi Transfer Faktor) dapat ditularkan dari satu bakteri ke bakteri lain. Shigella yang resisten tehadap terhadap tetracycline, chloramphenicol, streptomycin dan ampisillin dapat dipindahkan ke E.coli. Resistensi ini bersifat multiple drug resistence. Oleh karena gen yang mengatur resistensi ini letaknya sangat berdekatan.

c.       Resistensi silang
Resistensi terhadap bahan antimikrobial baiasanya terjadi pada antibiotic yang memiliki struktur yang sama seperti erythromycin, oleandomycin, neomycin-kanamycin. Namun demikian resistensi ini dapat pula terjadi pada antibiotic yang tidak memiliki struktur yang sama  yaitu eritromycin-lincimycin.
Resistensi dapat diatasi dengan beberapa cara yaitu:
1.Penggunaan dosis yang benar sehingga tidak dapat terjadi/ terbentuk mutasi
2.Penggunaan 2 macam antibiotik yang tidak memiliki resistensi silang
3.Mencegah penggunaan antibiotic secara berlebihan, terutama bila ada mikroba seperti di rumah sakit dan lapangan.

Pencegahan
            Pencegaha dapat dilakkan dengan menjaga pertahanan imunitas pasien, dan menjaga kebersihan bulu dan kulit. Sehingga dengan adanya pertahanan alamai dari antibodi akan menekan patogenitas dari Stapylococus epidermidis.